MENU

Khutbah Jum’at Perdana TGB Pasca Penutupan Akibat Covid-19, Ajak Jamaah Memelihara Optimisme

Photo : Dr. TGB. M. Zainul Majdi, MA

Pejuangmuda.com, Mataram – Setelah beberapa kali Salat Jumat tidak digelar, akhirnya Masjid Hubbul Wathan Islamic Center menggelar Salat Jumat, kemarin 5 Juni 2020. Masjid kebanggaan warga NTB tersebut sempat ditutup karena merebaknya Virus Korona.

Salat Jumat digelar setelah lebih dari dua bulan masjid ini ditutup. Ibadah berjalan dengan protokol Covid-19. Jamaah yang datang ke masjid harus melalui pemeriksaan suhu tubuh. Jamaah harus cuci tangan dan menggunakan hand sanitizer.

Di dalam masjid sendiri, shaf diatur dengan detil. Berjarak satu meter. Sebagai penanda antar individu ada lembaran pembatas putih.

Khutbah perdana ini diisi oleh Ketua Umum Tanfidzyah Nahdlatul Wathan (NW) TGB HM Zainul Majdi.

“Salat Jumat kita vakum karena ada kedaruratan,” katanya di awal khutbah.

Photo : Tuan Guru Bajang saat menyampaikan khutbah Jum’at di Islamic Center NTB.

Kesyukuran oleh para jamaah, lanjut TGB, harus tetap diiringi dengan kewaspadaan. Saat ini masih berada masih pada situasi yang belum normal.

“Ada beberapa hal yang al khatib ingin sampaikan,” sambung Ketua Organisasi Internasional Alumni Al Azhar (OIAA) Indonesia ini.

Pertama, hubungan dengan Allah, wahuwa khaliqul mudabbir. Allah sang pencipta dan pemelihara. Keselamatan, keafiatan, kesembuhan, dan perlindungan berasal dari Allah. Semua perkara di dunia kembali kepada Allah.

“Maka dalam situasi yang tidak biasa ini, al khatib mengajak menambah doa-doa kita. Mari ikhlaskan munajat kita, berdoa dengan penuh keikhlasan,” urainya.

“Berdoa untuk keselamatan diri, seluruh umat Islam, dan seluruh bangsa kita,” sambungnya.

Lebih lanjut, Rasulullah Muhammad SAW bersabda, man aslakha ma bainahu wa bainallah, aslakhallah ma bainahu wa bainannas. Siapa saja yang terus memperbaiki hubungannya dengan Allah dengan jalan melaksanakan tuntunan agama dengan ikhlas, sebaik-baiknya, semaksimal kemampuan. Maka Allah akan memperbaiki kehidupannya.

Setelah vakum beberapa waktu akibat Virus Korona. Jumat 5 Juni 2020 Masjid Hubbul Wathan Islamic Center Mataram kembali menggelar Salat Jumat.

“Kedua, al khatib mengajak untuk terus mengokohkan optimisme,” urainya.

Allah di dalam Alquran, kata TGB, berbicara orang beriman dengan optimisme yang penuh. Dalam Surat Fath, Allah menyampaikan sifat orang beriman diantaranya ialah yabtaghuna fadlam minallah. Selalu berharap yang baik. Berharap ada karunia Allah.

“Jika saat ini ada pandemi. Kita yakin pasti ada akhirnya. Dan orang yang sampai pada akhir dalam keadaan sehat wal afiat adalah orang yang sanggup menjaga optimisme dalam dirinya,” urainya.

Allah sampaikan sebagai pengingat, sayaj’alullahu bakda usri yusro, Allah akan menjadikan kemudahan setelah kesulitan. Dalam firmannya Allah menyampaikan.

وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَىْءٍ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ

Wa lanabluwannakum bisyai`im minal-khaufi wal-jụ’i wa naqṣim minal-amwāli wal-anfusi waṡ-ṡamarāt, wa basysyiriṣ-ṣābirīn. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. Al Baqarah Ayat 155. Ayat ini bukan hanya berbicara rentetan musibah, ayat ini menjadi petunjuk untuk selalu bersifat optimis.

Ayat ini diawali dengan sungguh manusia itu akan diuji dengan rasa takut, rasa lapar, atau berkurangnya rizki. Bahkan hingga kematian. Seperti yang dirasakan saat ini.

“Ada saudara yang wafat karena wabah. Tapi, perhatikan bagaimana Allah menutup ayat ini wabassirishobirin. Diawali dengan ibtilak, ada cobaan dan ada masalah dalam kehidupan. Diakhir ayat ditegaskan dengan kabar gembira bagi mereka yang sabar,” jelasnya.

TGB mengajak memelihara optimisme. Menebarkan kabar baik. Saling mendoakan. Mengurangi mengkonsumsi berita yang membuat gundah. Para ulama menyampaikan, saat musibah seorang mukmin itu hendaknya mendahulukan sifat Roja’, sifat pengharapan. Penuh optimisme. Sebaliknya ketika mendapat nikmat, maka harus mendahulukan sikap Khouf. Harus waspada dan hati-hati. Muhasabah diri.

“Ini menjadi rem supaya kita mengontrol diri,” ucap TGB.

Ketiga, dalam keadaan seperti ini, TGB mengajak mengamalkan hadis rasul, orang beriman terikat dengan aturan yang disepakati. Dalam kehidupan sosial ada panduan pemerintah itu harus dijalankan. Kecuali menghalalkan yang haram, atau mengharamkan yang halal. Selama panduan itu untuk keselamatan dan kebaikan, wajib ditaati.

“Jangan dimaknakan memakai masker ketika keluar rumah sekadar menunaikan kewajiban. Ada makna ibadah di dalamnya menjalankan protokol kesehatan,” urainya.

“Ketika anda mengabaikan protokol kesehatan, maka anda akan memudharatkan orang lain,” sambungnya.(msi)