MENU
NTB, WISATA  

Sobat Hijau, Pemerintah dan Masyarakat Bali Bersinergi Lestarikan Satwa dan Lingkungan

Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Wamen LHK), Alue Dohong, mengapresiasi sinergi antara pemerintah dan masyarakat Provinsi Bali yang telah berupaya dan berhasil melestarikan satwa.

Bali, Pejuangmuda.com – Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Wamen LHK), Alue Dohong, mengapresiasi sinergi antara pemerintah dan masyarakat Provinsi Bali yang telah berupaya dan berhasil melestarikan satwa. Dalam serangkaian kunjungannya pada 22-24 Oktober 2020, Wamen LHK mengunjungi lokasi pelestarian Penyu, Curik Bali (Leucospar Rothschildi), dan Buaya Sinyulong (Tomistoma Schlegelli) yang tersebar di wilayah berbeda-beda di Provinsi Bali.

Kunjungan Wamen LHK ke lokasi pelestarian penyu terdiri dari dua lokasi yaitu di Desa Perancak, Kabupaten Jembrana dan Desa Kutuh, Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Di Desa Perancak, penyu dilestarikan oleh Kelompok Pelestarian Penyu (KPP) Kurma Asih. Desa Perancak yang dulunya dikenal sebagai kawasan pemasok penyu untuk di konsumsi, namun sejak tahun 1997 hingga saat ini, masyarakat desa Perancak telah mengubah kegiatannya dari memburu menjadi melestarikan penyu. Hingga saat ini sudah lebih dari dua ratus ribu telur penyu berhasil menetas dan dilepasliarkan oleh KPP Kurma Asih. Selain melestarikan penyu, lokasi ini juga menjadi kawasan ekowisata yang dikunjungi oleh para wisatawan lokal maupun mancanegara. Kegiatan ekowisata ini membuat masyarakat sekitar terbantu perekonomiannya.

“Pemerintah, khususnya yang ada di Bali, harus terus bekerjasama, mendukung kegiatan-kegiatan yang selama ini sudah diinisiasi pemerintah maupun masyarakat terkait pelestarian satwa dan lingkungan. Upaya sinergi yang bagus sejauh ini sudah saya lihat, namun harus terus dilanjutkan. Apalagi di masa pandemi seperti ini, sesuai dengan program pemerintah yang juga sedang bekerja keras mengupayakan pemulihan ekonomi nasional. Semua harus keroyokan, kerja bersama-sama, agar semua lekas membaik. Potensi penyu yang ada mencapai empat ratus ribuan ini bisa dikembangkan pelestariannya. Mungkin lewat program-program adopsi namun tetap dilepasliarkan, sehingga proses pelestarian bisa tetap berjalan, dan masyarakat juga terbantu perekonomiannya,” tegas Alue Dohong.

Di lokasi lain yaitu di Desa Kutuh, Kabupaten Badung, Wamen LHK juga melepasliarkan penyu yang diadopsi oleh Kelompok Pembudidaya Karang Hias Nusantara (KPKHN). Pada kesempatan ini, sebanyak seratus tukik dilepasliarkan. KPKHN memiliki kegiatan membudidayakan karang hias melalui teknik transplantasi, konservasi dan restocking, mengedukasi dan bekerjasama dengan lembaga Pendidikan dan Pemerintah. KPKHN ini didirikan dengan tujuan untuk mensejahterakan masyarakat pesisir dan anggota kelompok dengan memanfaatkan sumber daya alam karang hias dengan prinsip konservasi dan prinsip lestari serta berkelanjutan.

Pada kesempatan ini, secara khusus, Wamen LHK memberikan bantuan untuk Desa Kutuh yang sedang terus melaksanakan pembangunan ekowisatanya. Wamen LHK mengharapkan, meskipun saat ini sedang di masa pandemi, masyarakat bisa tetap bangkit dan terus bee semangat dengan optimisme tinggi agar kondisi bisa cepat membaik.

Selanjutnya, Wamen LHK, Alue Dohong, juga melepasliarkan Burung Curik Bali (Leucospar rothschildi) di kawasan Taman Nasional Bali Barat (TNBB). Sebanyak 7 pasang Curik Bali yang dilepasliarkan merupakan hasil penangkaran yang dilakukan oleh TNBB. Sanctuary Curik Bali dan Desa Blimbing Sari yang merupakan desa penangkar burung Curik Bali masih berada di kawasan TNBB pun juga dikunjungi oleh Wamen LHK. Pada kesempatan ini, Wamen LHK memberikan arahan agar masyarakat terus melakukan kegiatan pelestarian Curik Bali dan kegiatan pelestarian tersebut bisa mendukung juga perekonomian masyarakat.

“Saya sangat setuju dengan ide Desa Blimbing Sari yang memiliki visi ingin disetiap rumah terdengar kicauan burung curik. Kedepannya mungkin bisa ditambahkan dengan program adopsi Curik Bali oleh masyarakat lain, baik lokal maupun mancanegara, yang hasil transaksi adopsinya dapat digunakan masyarakat untuk kembali melestarikan curik dan juga untuk mensejahterakan masyarakat. Namun, curik-curik yang diadopsi tersebut bisa diberi cincin, seperti yang dilakukan pada burung di Sanctuary TNBB, lalu dilepasliarkan secara virtual. Jadi sang pengadopsi bisa menyaksikan langsung bahwa burung yang diadopsi sudah diberi tanda dan diepasliarkan,” jelas Alue Dohong.

Menutup kunjungannya, Wamen LHK mengunjungi Bali Safari Marine Park untuk meninjau keberadaan dan kondisi satwa liar disana. Pada kesempatan ini, Wamen LHK mengapresiasi keberhasilan pelestarian Buaya Sinyulong (Tomistoma schlegelli) yang langka. Buaya tersebut diberi nama Aldo crocodilus. Alue Dohong juga mengatakan bahwa berdasarkan kondisi terbaru, lokasi-lokasi taman wisata alam sudah mulai dibuka satu per satu tergantung kondisi daerah tersebut. Dalam rangkaian kunjungan kerja ini, Wamen LHK juga memberi arahan para pegawai yang berada dibawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang berada di Bali untuk terus memberikan spirit kepada masyarakat.

Dengan tegas Wamen LHK mengatakan bahwa masyarakat, pengelola dan seluruh yang terlibat dalam proses pelestarian lingkungan di masa pandemi ini harus tetap melakukan 3M yaitu menjaga jarak, mencuci tangan pakai sabun dan memakai masker serta terus sehat, semangat dan optimis menghadapi kondisi pandemi ini agar semua segera membaik, khususnya kesejahteraan masyarakat Bali yang mayoritas bergantung pada kunjungan wisata lokal maupun mancanegara.