Bima, Pejuangmuda.com – Ada yang berbeda dengan Idul Adha tahun ini. Biasanya, kebanyakan pimpinan daerah merayakan Idul Adha di pusat Kota bersama keluarga. Gubernur NTB, Dr. Zulkieflimansyah yang akrab disapa Dr. Zul atau Bang Zul justru lebih memilih merayakan Idul Adha di Desa Terpencil di Bima.
Memboyong 30 Kepala Dinas, Staf Ahli, Asisten, Kepala Badan, beserta Kepala Biro, Bang Zul menginap di Masjid At Taqwa Dusun Manggenae, Desa Doridungga, Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima.
Bang Zul membalikkan tradisi yang selama ini kaku, masyarakat mendatangi dan mencari pemimpinnnya. Sayangnya, sudah jauh-jauh datang dari kampung, capek, malah masyarakat tidak bisa bertemu pemimpinnya. Bang Zul memilih mendatangi masyarakat yang dipimpinnya.
Berjalan kaki, Bang Zul menyapa, dan bercengkrama dengan masyarakat Doridungga. Satu per satu masyarakat yang ditemui, disalami. Akrab, dekat, dan bersahabat. Tanpa sekat, setara, tak ada pemimpin, tak ada rakyat. Mereka begitu bahagia didatangi Gubernurnya. Alhamdulillah, Bang Zul pun benar-benar menikmati dan meRAYAkan Idul Adha di Doridunga, Bima tahun ini.
Merayakan Idul Adha di desa terpencil itu tidaklah mudah. Para Kepala Dinas rela meninggalkan keluarga, anak beserta istrinya. Bersama Bang Zul, mereka datang serap aspirasi masyarakat, langsung berikan solusi. Ada masalah pembangunan, langsung ekskusi dengan program. Ada sumbatan komunikasi, langsung koordinasi.
Sekarang saatnya bersinergi. Pemerintah, masyarakat, dan semua pihak harus saling membantu. Persoalan yang bisa diselesaikan oleh Kabupaten, diselesaikan oleh Pemerintah Kabupaten. Begitu juga persoalan yang bisa diselesaikan oleh provinsi, diselesaikan oleh pemerintah provinsi. Demikian halnya dengan pemerintah pusat. Cukuplah saling menyalahkan. Arahahannya ketika bertemu para Kades, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, beserta Tokoh Pemuda.
Bang Zul pun didaulat menjadi Khotib Sholat Idul Adha di lapangam besar Desa Dorindungga, Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima. Dalam Khutbahnya, Bang Zul Mengurai Makna Ibadah Kurban dan Haji.
Sesungguhnya, ujian terbesar Nabi Ibrahim ketika diuji oleh Tuhan untuk menyembelih anaknya, Ismail. Bagaimana mungkin seorang Bapak yang begitu mencintai anak satu-satunya, harus disembelih. Namun karena cintanya pada Tuhan, tunduk dan patuh pada perintahNya. Nabi Ibrahim mengorbankan Anaknya. Setelah membaringkan Ismail untuk disembelih, Tuhan memanggil Nabi Ibrahim dan menghentikannya. Tuhan pun memberikan mukjizatNya dengan mengganti Ismail dengan sembelihan hewan yang besar.
Semangat dan substansi Ibadah Qurban adalah menjadi tauladan buat semua umat manusia. Itulah bukti atas kecintaan manusia terhadap Tuhannya, patuh dan tunduk pada perintah-Nya sehingga rela mengorbankan apapun. Termasuk sesuatu yang paling dicintainya. Spirit pengorbanan ibrahim harus menjadi spirit yang menjiwai manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Seperti halnya Qurban, Ibadah Haji mengajarkan Dare to Dream Big. Menghidupkan harapan manusia untuk bermimpi besar, bervisi besar, dan selalu punya optimisme. Mimpi dan cita-cita besar untuk menyempurnakan Agama, mengunjungi Baitullah, Rumah Allah, seorang petani rela berjuang di tengah terik matahari. Para nelayan rela melek 24 jam melawan gelombang dan dinginnya malam sehingga ketika berHaji, ada semangat baru, ada energi baru. Ada perubahan cara berpikir bahwa semua manusia sama di mata Tuhannya. Di Hadapan Tuhan, Tidak ada beda warna kulit; putih, hitam, dan coklat.
Perjalanan Haji adalah Perjalanan spiritual. Perjalanan menziarahi masa depan bahwa setiap manusia akan kembali kepada TuhanNya. Melalui peristiwa Haji, Tuhan memberikan pesan yang membekas kepada UmanNya bahwa Siapun kita, Camat, Bupati, Gubernur, Presiden, sama di Hadapan Tuhan-Nya.
Pengorbanan dalam berhaji benar-benar mengajarkan kepada setiap manusia untuk tidak membangga-banggakan kekayaan ataupun kelebihan yang dmiliki karena pada dasarnya semua itu adalah Karunia dan Anugerah dariNya. Sudah seharusnya semua itu disyukuri untuk menjadi modal kita untuk tekun beribadah kepada-Nya.
Pada akhirnya, akan melahirkan manusia yang benar-benar bertakwa. Merasakan betul kehadiran Tuhannya, Cinta, Patuh, dan Tunduk pada Tuhannya. Manusia yang selalu menjaga lima perkara sebelum datangnya lima perkara: menjaga Muda sebelum Tuanya, menjaga Sehat sebelum Sakitnya, menjaga Kaya sebelum Miskin, menjaga Waktu Luang sebelum Sibuk, dan menjaga Hidup sebelum Mati. Sehingga Ia akan selalu siap kembali menghadap Tuhannya. Kehadirannya di dunia benar-benar meninggalkan jejak kebaikan.
Note: Daftar Rombongan yang mendampingi Gubernur:
1. Staf Ahli Bid. Pem, Aparatur, Polhum & Pel. Publik, 2. Staf Ahli Bid. Sosial dan Kemasyarakatan, 3. Assisten Ekbang, 4. Inspektur, 5. Kepala BPKAD, 6. Kepala Bappeda, 7. Kadis PUPR, 8. Kadis Perkim, 9. Kadis Tanbun, 10. Kadis DPMPTSP, 11. Kadis Sosial, 12. Kadis DIkbud, 13. Kadispora, 14. Kadis Perindustrian, 15. Kadis Perdagangan, 16. Kadis Pariwisata, 17. Kadis LHK, 18. Kadis Nakeswan, 19. Kadis Perpustakaan & Arsip, 20. Kadis ESDM, 21. Kadis PMPD Dukcapil, 22. Kadis Perhubungan, 23. Kadis Ketahanan Pangan, 24. Kadis Koperasi & UKM, 25. Kalak BPBD, 26. Karo Kesra, 27. Karo Ekonomi, 28. Karo Kerjasama, 29. Karo Umum, 30. Karo Humas & Protokol.