MENU
OPINI  

Berteman Dengan Kesunyian oleh Sri Muliya Hidayani

Sri Muliya Hidayani merupakan mahasiswi Universitas Hamzanwadi, aktif juga di organisasi Pik-R Hamzanwadi sebagai Konselor Sebaya | Asal Mamben - Lombok Timur.

Penuangmuda.com – Hidupmu adalah rantaian makna yang pantas dijalani menurut versi terbaikmu. Bukan sekedar retorika fiksi yang disekenarioi orang lain yang selalu menginginkan seharusnya kau begini dan begitu, menjadi ini dan itu sesuka mereka.

Cibiran setapak dari lemparan kata orang, hanyalah aneka bumbu pengecap rasa dalam menyajikan sajian penguji seberapa kuat sebuah tekad. Selebihnya adalah pilihan, yakni sesatu yang akan menghantarkanmu pada seni rasa yang membuat kau ada.

Berdiri pada keramaian pujian orang, namun membuat jati dirimu hilang adalah kemalangan moral

Fikiranmu, perkataanmu dan perbuatanmu adalah produk yang bakal tercipta dengan nilai baik-buruk. Oleh karenanya, lakukanlah apapun dengan tulus, dengan penuh kehati-hatian dan keadaan yang tidak menyiksa dirimu.

Pertimbangan kebijakan yang memiliki filteralisasi mendalam, menentukan seberapa besar kualitas dirimu. Sebab, aktualisasi diri tertinggi ialah puncak hirarki kebebasan beriman. Bukankah sangat berbahagia orang-orang yang terbebas dari segala unsur yang memaksa kehendaknya?

“Berbahagialah orang yang dapat menjadi tuan bagi dirinya, menjadi pemandu untuk nafsunya, dan menjadi kapten untuk bahtera hidupnya.” – Ali bin Abi Thalib

Jangan dengan cepat berputar balik menyerah jika kau lelah, barangkali kau hanya butuh istirahat. Beranilah bergeser sejenak dari hiruk-pikuk dunia. Bertemanlah dengan kesunyian untuk mengevaluasi diri dengan kilas balik kehidupan. Mungkin dengan cara itu, kita akan kembali teringat akan mimpi kecil, bibit prinsip awal atau mengkemas lagi bekal lama yang telah membawa kita berjalan sampai sejauh titik ini.

Kau tidak pernah gagal, kau hanya butuh kesempatan untuk mengulang. Membawa kembali semangat dan kekuatan masa lalu, dengan segala titipan potensi dari sang ilahi, menuju kemenangan yang hakiki.

Mamben, 9 Agustus 2020