Saat aku mulai menepi
Di dinding kamar nan sepi
Bersahabat dengan sunyi
Menikmati pekatnya malam
Dan menepis kedinginan malam
dengan hangatnya kopi hitam
Rintik hujan mengetuk atap rumah
berlarian mengintai setiap rumah yang disinggahinya
Aku pun tak luput dari intaiannya.
Kecil memang, namun banyak, hingga membuat bising,
membuyarkan setiap sisi kesunyianku.
Ah aku pikir ini cara Tuhan menyapaku dengan Rahmat-Nya.
Kumandang azan bergantian menggema
Angin menembus setiap celah sendi-sendi raga
Hingga membuatnya terasa kaku
Berat tertindih selimut bulu,
Ah kupenuhi panggilan Tuhan
Atau kunikmati hidanganan setan.